Ambarawa – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia ke-51 yang mengusung tema “Bersama untuk Bumi, Harmoni dalam Keberlanjutan”, Tim Pelayanan Ibu-ibu Paroki Santo Yusup Ambarawa menggelar workshop bertajuk “Olah Sampah Jadi Berkah” pada Minggu, 15 Juni 2025. Kegiatan ini berlangsung di lingkungan Paroki dan diikuti oleh 75 peserta dari 19 wilayah paroki, yang terdiri dari ibu-ibu dan kaum remaja.
Workshop tersebut menghadirkan Roro Sundari, seorang narasumber multi-talenta dan pegiat budaya, yang memberikan inspirasi tentang cara kreatif dan ekonomis dalam mengelola sampah rumah tangga. Para peserta tampak antusias mengikuti kegiatan sejak pukul 10.00 hingga 15.00 WIB tanpa ada yang beranjak pulang sebelum acara selesai.
Koordinator Tim Pelayanan Ibu-ibu Paroki, Wenny, mengajak seluruh peserta untuk memulai aksi nyata dalam mengolah, memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah menjadi barang berguna. “Sampah bukan akhir dari segalanya. Dengan kreativitas, sampah bisa menjadi berkah dan bernilai ekonomis,” ujar Wenny.
Kepala Paroki Santo Yusup Ambarawa, Romo Stephanus Brotokartono, SJ, dalam sambutannya mengingatkan akan kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan. “Kita hidup di bumi yang sama. Ikan di laut kini banyak mengandung mikroplastik, yang berbahaya bagi tubuh manusia. Maka mari kita rawat bumi, sesuai ajakan Bapa Suci dalam Laudato Si,” tuturnya.
Romo Stephanus juga mengajak umat untuk menjalani gaya hidup eco-friendly, mulai dari hal-hal kecil seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, membawa tas belanja sendiri, memakai tempat makan dan tumbler pribadi, serta menanam pohon dan menghemat listrik serta air.
Sementara itu, di tempat terpisah, salah satu peserta sekaligus pegiat lingkungan, Noor Hayati, menyatakan bahwa kegiatan ini diinisiasi untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan, mulai dari keluarga hingga masyarakat luas. “Sebagai ibu rumah tangga, kita bisa mengajarkan anak-anak untuk bijak mengelola sampah, mengurangi produksi sampah rumah tangga, dan berkontribusi menjaga bumi,” tegas Noor.
Dalam workshop ini, peserta diperkenalkan dengan prinsip 6R: Reduce, Reuse, Recycle, Composting, Ecoenzyme, dan Ecobrick. Salah satu materi yang menarik adalah praktik membuat eco brick—batu bata dari plastik yang tidak bisa diolah lagi, sebagai solusi pemanfaatan sampah plastik yang sulit terurai.
Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan tetapi juga membangkitkan semangat baru untuk menjadi agen perubahan dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup.
“Mari mencintai dan merawat bumi sebagai rumah kita bersama,”tutup Noor. Selasa (17/6).
(Nano)