Bekasi – KH. As’ad Said Ali menceritakan tentang rumahnya yang terleyak di Bekasi yang dibangin tahun 1991di atas tanah yang dibelinya pafa tahun 1985 ketika masih berdinas di luar negeri. Harganya masih murah hanya 7.500 prr meter dengan luas 1000m2. Setahun-dua tahun kemudian tetangganya mendesaknya untuk membeli tanah yang berbatadan sehingga meluas menjadi 2000 m2 lebih.
Sebagai seorang inteljen ia berpikir tanah tersebut akan bernilai tinggi karena jalan yang ada di depanya akan menjadi jalan utama menuju kawadan industri Celengsi, dan sekitar 1 kilo meyer terpampang baliho besar “Di sini akan dibangun perumahan Kemang Pratama”.
“Perkiraanku daerah itu cepat menjadi ramai dan sepulang tugas dari luar negeri langsung saya bangun. Untuk sementara tidak says tempati karena keponakan saya pedagang kayu dan mengajak saya kerjasama berjualan kayu. Maka rumah daya jafi pangkalan kayu dengan daya tampung 800 kubik. Mulai tahun 1998 baru saya tinggal di rumah tersebut. Struktur bangunsn terdiri dari tiga bagian, bsgian depan rumah untuk ruko, bagian tengah rumah utama dan bagian belakang samping rumah jogli sederhana dari kayu yang saya pindah dari Jepara. Di rumah joglo yang sangat luas itulah disamping ruang untuk yerima tamu juga menjadi tempat pengajian ibu-ibu kususnya para tetangga yang diberi nama “Mifahul Jannah”, kata mantan Waka-BIN tetsebut kepada aeak media melalui keterangan tertulis, Sabtu, 15/4/23.
Ceritanya, istrinya yang hanya lulusan Madrasah Aliyah mempunyai pengalaman khusus enam kali pindah rumah kontrakan selalu aktif menggerakkan maslis ta’lim. Setelah bermukim di Bekasi secara permanen pada tahun 2010 istrinya aktif membina para tetangga jadilah rumah joglo itu menjadi tempat tadarusan, amalan sholawat Nariyah dan manaqiban. Dan saat bulan ramadhan penuh dengan kegiatan religi.
“Kebetulan menantu saya lulusan Al-munawir Krapayak seorang Khafidzah. Rumah depan dijadikan semaan santriwati. Adapun tempat hafalan Al-Qur’an berafa 400 meter dari rumah yaitu di yayadan As’adiyah yang didirikan atas permintaan istri saya. Jadilah rumahku seperti surgaku suatu kehidupan santri urban yang senang dan susah bersama. Jiranya seperti sekilas poto di baeah ini saling betbagi ilmu dan rezeki. Betbeda dengan komplek mewah yang terkenal dengan guyonan “lu-lu gue-gue”, pungkasnya. (Red 01)














































