Jakarta, 18 Juni 2024 – KH. As’ad Said Ali, seorang ulama terkemuka dari Indonesia, berbagi pengalamannya yang menginspirasi selama menjalani ibadah haji di Arafah dan Mina pada tahun 1986. Sebagai salah satu tamu intelijen Arab Saudi, KH. As’ad Said Ali bersama delegasi besar dari berbagai negara menghabiskan waktu berharga di padang Arafah dan kota tenda Mina.
Pada kesempatan tersebut, KH. As’ad Said Ali secara eksklusif berbicara tentang momen spiritual yang luar biasa selama ibadah haji. “Pengalaman di Arafah dan Mina adalah puncak dari perjalanan spiritual saya. Hati dan pikiran kami bersatu dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujarnya dengan penuh kekhusyukan.
Namun, perjalanan ini juga memunculkan kesempatan yang tak terduga dalam diplomasi internasional. KH. As’ad Said Ali menceritakan bagaimana keberadaannya di tenda bersama delegasi teknisi militer RRC (Republik Rakyat China), yang pada saat itu sedang bekerja di Arab Saudi, memberikan pandangan baru mengenai dinamika hubungan internasional.
“Dalam ibadah haji, saya juga melihat bahwa peran diplomasi dan intelijen bisa saling terkait. Saya mendapatkan perintah dari atasannya, Deputy Luar Negeri BAKIN saat itu, untuk menyelidiki keberadaan delegasi RRC tanpa melakukan kontak langsung,” ungkap KH. As’ad Said Ali.
Pengamatan dan laporan yang dibawanya ke atasannya membuahkan hasil signifikan. Informasi mengenai aktivitas teknisi militer RRC di Arab Saudi yang membeli rudal dari China mengindikasikan pergeseran strategis dalam politik senjata internasional. Hal ini menjadi penting karena pada saat itu, Arab Saudi lebih mengandalkan senjata dari blok Barat.
Analisis dari atasannya terbukti benar ketika pada awal 1990-an, perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur mulai mereda. “Pada akhirnya, pengalaman di Arafah dan Mina tidak hanya memperdalam keimanan saya, tetapi juga membuka jalan baru untuk langkah diplomasi Indonesia-RRC yang lebih baik,” tambahnya.
KH. As’ad Said Ali mengakhiri dengan harapan bahwa pengalaman spiritual dan pemahaman internasional yang didapatnya dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. “Semoga apa yang saya lakukan mengabdi kepada Indonesia dan RRC, serta kesalahan-kesalahan kecil yang terjadi dalam perjalanan ibadah ini, diterima dan dimaafkan oleh Allah SWT,” tutupnya dengan penuh doa. (Red 01)














































