Salatiga – Dalam satu dekade terakhir, tren minum kopi mengalami pergeseran signifikan. Bila sebelumnya kopi identik dengan minuman kaum pria usia 50 tahun ke atas, kini justru generasi milenial mendominasi kalangan penikmat kopi. Di kota Salatiga, fenomena ini turut mendorong eksistensi kopi lokal, salah satunya adalah Kopi cap Kaca Mata, yang telah berdiri sejak tahun 1965.
Kopi tak hanya menjadi bagian dari gaya hidup, tetapi juga dikenal memiliki beragam manfaat kesehatan. Di antaranya membantu menurunkan berat badan, meningkatkan daya ingat, mencegah penyakit jantung dan diabetes, hingga menjaga kesehatan hati. Kopi hitam tanpa gula bahkan diyakini mampu meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi peradangan, serta memberi nutrisi tambahan bagi tubuh.
Di tengah ragam kuliner khas Salatiga seperti enting-enting gepuk dan tumpang koyor, Kopi Kaca Mata tetap menjadi favorit masyarakat. Produk ini dikenal luas di kalangan warga karena kualitas bijinya yang terjaga.
Menurut Astono, pengelola generasi kedua yang telah menjalankan usaha ini selama 25 tahun terakhir, Kopi Kaca Mata dibuat dari biji kopi pilihan yang telah matang sempurna berwarna merah dan tanpa cacat. Hal ini diyakini menjadi kunci dari cita rasa dan aroma kopi yang khas.
“Meski saya berlatar belakang pendidikan D3 Akuntansi, saya tertarik meneruskan usaha ini karena kopi sudah menjadi bagian dari keseharian warga Salatiga,” ujar Astono. Sabtu (14/6/25). Kepada media Nasionalnews.co.id
Usaha rumahan ini memiliki omzet sekitar 80 kilogram kopi per hari, jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan populasi Kota Salatiga. Fakta ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap produk lokal berkualitas.
Menariknya, Astono mengaku tidak menerapkan strategi pemasaran agresif untuk pengembangan usahanya. Fokus utamanya adalah menjaga mutu kopi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses pengemasan yang bebas pengawet dan pewarna.
“Strategi saya ke depan sederhana saja, cukup menjaga kualitas. Penikmat kopi itu seperti perokok, kalau sudah cocok pasti dicari,” pungkasnya.
(NANO)















































